Rabu, 30 April 2014

Belajar Tentang Sahabat

Kutulis  Desember 2013 di dalam note HP ku

Suatu malam di bulan September 2013, aku lupa persis tanggalnya, setelah berdoa malam menjelang tidur, Caca belum dapat lagsung tidur.  Entah apa yang ada di pikirannya ketika itu, tiba-tiba ia bertanya,
"Ma, apa sih bedanya teman dan sahabat ?"

Dengan ringan aku menjawab,
" Kita bisa dan harus punya banyak teman, tetapi sahabat hanya beberapa.  Sahabat itu adalah teman kita yang kita bisa menampilkan wajah terjelek kita tanpa harus jaim (*jaga image), teman yang kalau kita sedih pasti ada dekat dengan kita, teman yang senang kalau kita menang, bahkan kalau pun menang daripadanya.  Sahabat itu sangat dekat di hati, bahkan meskipun kita sudah berjauhan."

"Seperti kakak Thya dengan kak Ida dan kak Osza ya, Ma ? tanya Caca
"Iya. Kurang lebih begitu.  Mereka sudah berteman dari sejak TK dan SD. Meskipun mereka tidak satu sekolah di SMP dan SMA, tetapi mereka tetap akrab," kataku menjelaskan
"Iya, Kakak kalau lagi bete biasanya bbm-an atau chatting dengan kak Osza dan kak Ida, Ma."
"Kakak Thya mungkin sekarang pun punya teman-teman dekat di SMP dan SMAnya, barangkali ada yang jadi sahabatnya juga. Tapi kak Osza dan kak Ida tetap dekat di hati kakak Thya.  Sampai sekarang mereka suka menyempatkan untuk ketemuan dan jalan bareng," kataku menambahkan lagi.

"Sahabatku siapa ya, Ma ?" tanyanya.
"Mungkin kita bicara dulu adalah teman yang paling dekat.  Biasanya kita baru tahu siapa yang menjadi sahabat kita setelah cukup lama berteman. Saat ini tidak mengapa belum ada teman yang bisa kita sebut sahabat, tapi dengan memiliki banyak teman baik maka lama-lama kita akan tahu siapa yang benar-benar sahabat kita." Demikian kataku lumayan panjang lebar.

"Siapa teman Caca yang paling dekat saat ini ?" tanyaku
"Arta, Indira dan Putri, " katanya. "Mereka teman-teman dekatku.  Aku sering main dengan mereka."

"Kira-kira apa yang membuat Caca lebih suka berteman dengan mereka dibanding dengan orang lain ? Coba pikirkan apa yang mereka lakukan sehingga Caca betah bermain dan berteman dengan mereka, apa yang baik yang mereka lakukan untukmu." Aku mencoba menggali perasaannya

"Indira dan Arta suka membantuku Matematika, Putri suka marahin aku kalau aku kebanyakan ngobrol," katanya

Aku tersenyum.  Kriterianya cukup baik.  Caca tidak hanya berpikir tentang hal yang menyenangkan buatnya, tetapi yang benar-benar baik buatnya.

"Ya, mungkin itu bisa kita jadikan kriteria untuk menjadi sahabat.  Sebagai gantinya Caca pun harus bisa menjadi sahabat yang baik buat mereka.  Jangan sampai Caca berpikir bahwa mereka adalah sahabatmu, tetapi mereka tidak berpikir bahwa Caca adalah sahabat mereka."

"O, begitu ya Ma ?" ia terkejut
"Iya, kalau begitu kan namanya nggak imbang.  Jadi jangan yang enak buat kita aja, tetapi kita pun harus membuat sahabat kita menjadi lebih baik, merasa terbantu karena ada kita. Caca harus bisa juga mendorong untuk sama-sama belajar lebih giat. Sahabat juga senang kalau sahabatnya berhasil dan sedih waktu sahabatnya merasa sedih."

"Sekarang sudah malam, kita mesti tidur. Pembicaraan tentang sahabat selesai dulu malam ini ya."
Kami pun tidur.

------------------------

Beberapa minggu kemudian, ketika pulang dari kantor aku melihat Caca keluar dari kamarnya dengan kaki pincang.
"Kenapa kakinya, Ca ?" tanyaku.
"Tadi aku jatuh di sekolah, Ma," jawabnya. 
"Tapi Mama jangan kuatir.  Tadi kakiku sudah diobati Arta. Dia kan dokter cilik.  Hebat banget dia, Ma.  Aku bilang dia jadi dokter aja, dan Arta bilang dia memang mau jadi dokter.  Aku doakan Arta supaya jadi dokter ya Ma.  Kan nanti aku bisa berobat gratis ke Arta, " katanya 'berceloteh dengan gayanya yang lucu.

Aku tersenyum dalam hati.  Aku senang anakku tidak iri dengan kehebatan temannya, dan malah bangga memiliki teman yang mempunyai kelebihan daripadanya.  Dan juga bangga karena ia mendoakan temannya untuk dapat mencapai cita-citanya.  

Semoga gadis kecilku ini (dan semua gadisku) tumbuh menjadi anak yang baik hati, jauh dari rasa iri hati apalagi dengki.  Semoga  ia dapat mempunyai teman dan sahabat yang bisa menjadi tempatnya saling berbagi kesedihan, kegembiraan, kegagalan, kesuksesan dan saling mendorong untuk selalu menjadi lebih baik. 

---------------------

Beberapa minggu berlalu, seperti biasanya dalam bincang-bincang malam sebelum tidur, ia bercerita tentang teman-temannya, diantaranya tentang Arta.

"Ma, Arta sebentar lagi dilantik jadi Dokter Cilik, lho," celotehnya gembira.
"O ya ? Hebat dong," kataku
"Iya, Ma.  Paling tidak cita-citanya sudah agak-agak tercapai sedikit lah ya. Sebelum dia jadi dokter beneran, sekarang dia jadi Dokcil dulu.  Tapi karena dia mesti ada latihan-latihan, Arta agak berapa kali nggak ikutan belajar di kelas.  Jadinya kami bantuin Arta menulis buku catatannya."  Hahahaha Caca berceloteh lancar

"Bagus dong.  Kalian memang harus saling membantu kalau ada teman yang kesulitan. Dengan membantu Arta itu tindakan yang baik."  kataku dengan bangga.

Kami masih melanjutkan cerita-cerita lagi sebelum berdoa dan kemudian tidur, tetapi sudah tidak lagi tentang teman-temannya. 















Tidak ada komentar:

Posting Komentar