Sabtu, 02 Januari 2010

DOA IBUKU

Lagu : Di Doa Ibuku Namaku Disebut

Lagu / Lirik: Peter P Bilhorn
Terjemahan: EL Pohan

Di waktuku masih kecil, gembira dan senang
Tiada duka ku kenal, tak kunjung mengerang
Di sore hari nan sepi, ibuku bertelut
Sujud berdoa ku dengar namaku disebut

Reff :
Di doa ibuku, namaku disebut
Di dalam doa ibuku, ada namaku disebut

Seringlah ini ku kenang, di masa yang berat
Di kala hidup mendesak dan nyaris ku sesat
Melintas gambar ibuku sewaktu bertelut
Kembali sayup kudengar, namaku disebut

Sekarang ia tlah pergi ke rumah yang kekal
Namun kasihnya padaku selalu kukenang
Kelak di sana kami pun bersama bertelut
Memuji Tuhan yang dengar, namaku disebut
--------------------------

Lagu ini, pertama kali kudengar ketika aku masih di bangku kuliah tingkat 2. Ketika itu, aku ikut bergabung dalam paduan suara yang mengisi acara Wisuda Pelantikan Sarjana (S1, S2 dan S3). Kebetulan Fakultasku yang mendapat giliran sebagai panitia.

Kami, mahasiswa tingkat dua, saat itu baru saja tahun pertama berada di Fakultas, setelah sebelumnya 1 tahun berada di Tingkat Persiapan Bersama. Oleh kakak kelas yang menjadi panitia, beberapa orang dari kami (mahasiswa –mahasiswi tingkat 2), ditugaskan untuk ikut serta dalam paduan suara. Yang lainnya dibagi dalam tugas-tugas lainnya. Dan aku ikut dalam paduan suara, meski suaraku tidak terlalu bagus.

Ada beberapa lagu yang harus kami nyanyikan. Lagu "Di Doa Ibu Namaku Disebut" merupakan salah satu lagu yang dinyanyikan pada saat para mahasiswa S2 dan S3 yang lulus diumumkan dan sambil lagu terus berkumandang, mereka maju ke depan untuk menerima ijasah dan resmi dilantik.

Barangkali karena sebagian besar mahasiswa S2 dan S3 sudah berumur, dan karena itu mungkin ada diantara mereka memiliki ibu yang sudah sangat tua atau malah sudah meninggal, maka suasana pengumuman terasa syahdu. Saat satu persatu mahasiswa S2 dan S3 maju ke depan, lagu ini dikumandangkan oleh paduan suara kami. Saat kulihat ada sebagian yang menghapus air matanya, aku pun menjadi tenggelam dalam keharuan, lebih meresapi makna syair sampai ke hati. Sambil menyanyi, tak terasa air mataku mengambang, untuk tidak jatuh…..hmmm…

Konon katanya lagu ini sudah lama beredar, tapi aku baru pertama kali mendengarnya saat itu (1987 atau 1988). Saat itu, penghayatanku terhadap maknanya masih terbatas pada penghayatan terhadap lirik lagunya yang kemudian membuatku merinding hampir menangis ketika menyanyikannya. Mulanya, aku juga belum tahu bahwa lagu itu adalah lagu rohani. Baru beberapa bulan setelah aku menyanyikan lagu itu dalam paduan suara wisuda, barulah aku mengetahuinya. Dan setelah itu, beberapa kali aku mulai sering mendengar orang menyanyikannya, atau aku ikut menyanyikannya pada acara-acara perkumpulan mahasiswa Kristen

Sejak itu, aku semakin suka menyanyikan lagu ini, kecuali bait ke-3, karena Ibuku sampai saat ini masih sehat dan segar bugar. Karena mulai sering kudengar dan kunyanyikan, maknanya semakin terasa. Terkadang, sambil menyanyikan sendiri, apalagi ketika sedang rindu rumah, aku bisa sampai meneteska air mata. Teringat ibuku, jadi rindu bapak dan saudara-saudaraku. Rindu pulang, berkumpul bersama.

Setelah memiliki anak, makna lirik lagu itu terasa semakin dalam. Mungkin karena aku sekarang meresapinya dari dua cara pandang, yaitu sebagai anak dan sebagai ibu.

Sebagai anak
Aku merasakan kasih ibu yang luar biasa dalam hidupku. Segala sesuatu yang kudapat hari ini adalah tak pernah lepas berkat doa-doa yang selalu dipanjatkan oleh ibuku untuk segala yang terbaik bagi kami anak-anaknya. Dan aku percaya berkat doa ibuku yang tak henti, aku jadi terhindar dari segala godaan dan kejahatan. Aku mendapatkan banyak kasih dan berkat Tuhan, karena Tuhan sayang pada ibuku.

Sebagai ibu
Dengan segala kekuatiran terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak-anakku, mampukah aku memagari anak-anakku dengan doa-doaku, sehingga mereka dapat memperoleh yang terbaik dalam hidup mereka ? Mampukah aku menyediakan waktu khusus berdoa untuk anak-anakku, suamiku, keluargaku ? Menyisihkan waktuku, mengurangi sedikit waktu menonton, mengobrol, chatting, main game, tidur, dan lain-lain, untuk berdoa bagi mereka yang aku cintai, bagi negaraku, bagi gerejaku, bagi teman dan sahabat yang kesulitan, dan lainnya. Seperti yang dilakukan ibuku setiap hari...

Ibuku, teladan bagiku untuk jadi rumah doa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar