Jumat, 18 Mei 2012

Pelajaran Bertoleransi dari Anakku

Kutulis 29 Juli 2011

Malam ini, seperti biasanya sebelum tidur aku dan Marchya berdoa bersama. Kakak-kakak masih belum mau tidur, masih ada tontonan yang menarik. Marchya yang pimpin doa.

Seperti biasanya, doa Marchya didahului dengan mengucap terimakasih untuk penyertaan Tuhan sepanjang hari. Kemudian ia memohon penyertaan Tuhan terhadapnya, kakak-kakak, mama dan papa, juga untuk keluarga kami di mana pun mereka berada. Di luar dugaanku, dalam doanya Marchya juga memohon Tuhan supaya menyertai Mbak Agil dan Mbak Atun yang akan berpuasa, supaya mereka bisa puasa sampai selesai.

Deg.....aku tersentak mendengar doanya. Kubiarkan ia menyelesaikan doanya, kucium pipinya dan kutemani ia tidur.

Sementara menemani anakku tidur, aku berpikir tentang apa yang barusan terjadi. Aku merasa senang dan bangga karena Marchya tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Selama ini, aku memang mengajarkan kepada anak-anakku untuk memberi perhatian kepada orang lain, dimulai dari saudara, teman, mama, papa, opung, mbak dan orang-orang terdekat lainnya. Aku juga mengajarkan kepada mereka bertoleransi dengan mbaknya yang beragama lain dengan kami. Terkadang ketika sudah waktunya sholat, tetapi Marchya masih ingin bermain dengan mbaknya, aku berkata "Mbak jangan diganggu, mau sholat dulu. Sama mama dulu aja." Atau saat puasa, kami sama-sama seru membahas mau buka puasa dengan apa. Kami memang terkadang juga mendoakan Mbak dan Om supir, kiranya Tuhan menyertai dan memberkati mereka. Tapi aku belum pernah mengajarkannya apalagi mencontohkan kepadanya untuk mendoakan supaya Mbak bisa menjalankan ibadahnya dengan baik.

Hari ini aku tertegur.

Aku tidak pernah mendoakan seperti yang anakku lakukan hari ini. Tidak pernah !

Anakku mengajarkan aku toleransi beragama dalam bentuk tindakan nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar